Boeing, sebagai perusahaan pembuat pesawat terbesar saat ini, memprediksi kebutuhan ratusan ribu pilot dan teknisi baru dalam 20 tahun ke depan. Kawasan Asia pasifik diprediksi membutuhkan 185.600 pilot dan 243.500 teknisi. Yang terbesar diantaranya adalah Cina yang diprediksi membutuhkan 71.300 pilot dan 99.400 teknisi. Khusus untuk Asia Tenggara membutuhkan 51.500 pilot dan 67.400 teknisi.
Prediksi tersebut tentu bukan tanpa alasan, Boeing tentu telah melihat trend pertumbuhan jumlah penumpang, pesanan pesawat maupun hal-hal lain yang dapat dijadikan referensi untuk prediksi tersebut.
Khusus untuk Indonesia, kita dapat saksikan airlines-airlines besar mulai mendatangkan ratusan pesawat baru. Garuda dan Lion mendominasi pembelian pesawat baru dengan nilai kontrak yang sangat besar.
Untuk mengimbangi pertumbuhan jumlah armadanya, airlines bukan hanya membutuhkan pilot dan teknisi. Profesi seperti pramugari, ground handling, marketing and back office pun, tentu saja akan meningkat dengan jumlah yang tentu saja lebih besar daripada pilot dan teknisi.
Untuk kelancaran bisnis ini maka otoritas penerbangan ataupun airport pun tentu saja akan membutuhkan tenaga-tenaga baru yang lebih banyak terutama untuk air traffic control ataupun tenaga-tenaga penunjang kebandaraan lainnya.
Tidak akan lama lagi akan muncul iklan lowongan-lowongan pekerjaan baru di media massa akibat kurangnya tenaga di bidang ini. Penulis pun sudah sering melihat iklan seperti ini baik untuk karir di dalam maupun di luar negeri.
Kondisi ini bukan tanpa alasan, karena sesungguhnya pendidikan calon penerbang maupun teknisi di negeri ini sudah diperhitungkan oleh dunia internasional.